Kamis, 06 September 2012

Biaya Windows vs Biaya Linux

Baru-baru ini saya iseng-iseng mencari tahu harga software Microsoft original atau asli di Forum Jual Beli yang saya ikuti. Yang saya cari tentu saja sistem opeasi dan aplikasi perkantoran yang sesuai dengan spesifikasi netbook yang saya miliki.

Saya kemudian mencari tahu harga dari Microsoft Windows XP SP3 dan Windows 7. Hasilnya, harga Windows XP berada dalam kisaran Rp 325.000,00 s.d 400.000,00. Sementara Windows 7 berada dalam kisaran harga Rp 450.000 hingga Rp 800.000. Sengaja saya cari harga untuk versi OEM yang memang paling murah biaya lisensinya (meski saya sendiri tidak tahu apakah penjualan Windows OEM secara terpisah dengan pembelian PC/Laptop baru melanggar hukum atau tidak). Sementara untuk harga aplikasi perkantoran Microsoft Office 2010 yang paling murah yaitu edisi Home & Student dijual dengan harga sekitar Rp 600.000,00.

Jadi kalau saya menginginkan sistem operasi Windows dan Microsoft Office original untuk netbook saya harus mengeluarkan biaya antara Rp 900.000,00 sampai Rp 1.400.000,00. Biaya yang ternyata hampir separuh dari harga netbook saya. Belum lagi jika saya harus membeli aplikasi semacam CorelDRAW atau Adobe Photoshop yang harganya mungkin lebih mahal dari harga netbook saya.

Sementara jika saya memilih menggunakan GNU/Linux seperti Ubuntu atau Linux Mint, saya bisa mendapatkan sistem operasi cukup dengan beberapa puluh ribu rupiah saja. Kalau ingin mendownload sendiri, mungkin saya hanya menghabiskan biaya sekitar Rp 50.000,00 saja. Sementara kalau malas mengundih sendiri, saya bisa membeli ke penjual CD/DVD Linux (Belakangan saya juga mencoba peruntungan di bisnis yang sama.. hehe) dengan kisaran harga Rp 5.000,00 - Rp 20.000,00 saja.

berbeda dengan Windows yang dalam keping CD/DVD-nya hanya menyediakan sistem operasi plus aplikasi dasar., dalam satu CD/DVD distro Linux biasanya telah dilengkapi dengan berbagai aplikasi penting sehar-hari seperti perkantoran (Office), internet, multimedia, dan grafis (baik penampil maupun pengolah yang di sistem operasi berbayar harus dibeli terpisah). Jika masih butuh aplikasi tambahan saya dapat menambah sendiri dengan mengunduhnya secara gratis dari repository internet atau kalau malas, saya bisa membelinya dengan harga sekitar Rp 100.000,00 saja.

Well, ternyata memakai Linux jauh lebih hemat dan tetap legal,,,




Kamis, 02 Agustus 2012

Awal yang baru

Ya, sejak beberapa hari lalu saya resmi mengundurkan diri dari perusahaan tempat saya bekerja selama ini. Mungkin terdengar nekad karena saya sama sekali belum mendapatkan pekerjaan baru. Meski kalau boleh jujur, saya sebenarnya masi ingin bertahan di sana untuk beberapa waktu. Tapi sesuatu hal telah membuat saya mau tidak mau memang harus meninggalkan kantor tersebut.

Sebuah masalah kecil yang terjadi sebulan sebelumnya telah melebar terlalu besar, di mana saya merasa menjadi pihak yang paling disalahkan. Beban saya yang paling berat di antara teman-teman lain yang ikut dianggap bersalah. Ditambah kenyataan beban saya justru ditambahi dengan memiliki dua tanggung jawab yang sama besarnya, padahal beberapa bulan sebelumnya pihak atasan menyatakan kalau beban saya dikurangi dengan lebih berfokus ke satu tanggung jawab saja. saya merasa tak lagi diperlakukan selayaknya manusia. 

Saya pun terus-terusan menjadi korban kerasnya kata-kata dan amarah atasan saya, Saya tahu...saya tak sanggup lagi. Puncaknya ketika saya mengajukan permohonan izin baik-baik justru dianggap sebagai ketidakniatan saya untuk bekerja, saya merasa sudah waktunya saya pergi. Sudah waktunya saya meninggalkan perusahaan yang menghalangi karyawan melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara hanya demi laba perusahaan. Dan saya rasa kalimat terbaik yang bisa saya ucapkan adalah kalimat pengunduran diri.

Jujur, rasa sakit hati saya sedikit bertambah ketika tahu karyawan yang dianggap baik sebenarnya melakukan berbagai kecurangan. Jadi, saya semakin mantap meninggalkan tempat yang tak lagi menghargai kejujuran.

Kini, saya mencoba memulai hidup baru. Mencoba merintis untuk berwirausaha yang saya coba mulai dari berjualan pulsa. Saya pun masih punya angan-angan untuk mengembangkan usaha lainnya. Saya hanya bisa berusaha dan berdoa sekuat tenaga agar hasilnya barokah.

Rabu, 23 Mei 2012

Installing Xubuntu 12.04 on HP Mini 110-3159 Netbook

A few days ago I decided to buy a new netbook when there was a computer expo in this city I currently live. At first, I actually wanted to buy a new hard disk drive for my old Pentium IV PC. But it seemed that I can only get a secondhand HDD, so I decided it's time to buy something new so I can easily satisfy my hunger of exploring computer system.

Why a netbook? The answer is simple. I didn't want to spend too much money. Despite the fact that netbooks have no optical disc drive, but it's no secret that netbooks are less expensive. So I tried to find the cheapest netbook, the branded one of course. And I guessed I was lucky when a counter shop offered a branded netbook with a really low price. It might be absolutely a clearance sale but I didn't really give a damn about it.

And the netbook is HP Mini 110-3500 series. The hardware specifications are:
  • Intel Atom N570
  • 1 GB DDR3 SDRAM
  • 320 GB Hard Disk Drive
  • Card Reader
  • Wi-Fi
  • 3 USB slots
  • etc
It's something worthed I guess.

The netbook originally came with a Free-DOS, but the retailer offered me to install an illegal copy of Windows 7. At this time I pretended to be a computer novice, so I gave an agreement.

But when I finally arrived at home, I tried that Win 7 just a little. Then I booted Xubuntu 12.04 (Precise Pangolin) into my netbook from a USB Flash Disk. When I found that everything seemed to work fine, I erased that illegal OS and installed Xubuntu 12.04 on it.

Just like its live USB version who worked well, so did the installed system. Almost every hardware detected and worked perfectly. Not only the common hardwares like keyboard and display, the mobile modem, Wi-Fi adapter and the webcam also worked the way I wanted to. The only problem is that I can't use the touchpad to do a double click.

Well, just like my usual "hobby", I also customize the desktop. I deleted the second panel and replaced it with Cairo-dock. I also installed Screenlets to give my desktop some widgets.

Well, I guess it's enough for now. I'd like to say "don't be afraid to try to use GNU/Linux ".

Kamis, 05 April 2012

Forgive Me, A Review of Maher Zain’s New Album

I’ve begun to fall in love with Maher Zain’s music ever since the first time I watched and listened to his song “Insha Allah” (the original version not the duet version with Fadly “Padi”) from his first album “Thank You Allah”.  His first album was proved to be successful. When he announced that he would release a new album, my heart said “I can’t wait”. The album was preceded by his new single and video “Number One For Me". A song that is dedicated to all Mothers in the world. So when it was finally released, I  went to a CD store and bought his new album, entitled “Forgive Me”.

Well, unlike his first album, which had many soul and hip hop elements, this album is more pop-oriented though you can still find Arabian sound in songs like “Mawlaya” and “Assalamu Alayka”. Some songs even have a universal theme. Songs like “Number One For Me” or “Freedom” (a single which had been released many months ago) seem to be an evidence which I believe it will also attract the non-Moslem listeners.

In this album, you might not find an emotional ballad like “Insha Allah” but there are still many beautiful songs to listen to like the first track “Ku MilikMu” (an Indonesian interpretation of “I Love You So”) and the title track “Forgive Me”. The song “Paradise” seems like a sequel to “For The Rest Of My Life” and “Masha Allah” seem to be a sequel to “Baraka Allah” from his first album. There is also a song entitled “So Soon" which almost makes me cry when I read the lyrics cause it reminds me to my late parents.

I almost forget one thing. I find an interesting fact in every Maher Zain’s album. Zain is a Moslem and his albums contain Islamic music but not all the musician involved in his albums are Moslems. He often works with Moslem musisian like Billal Hajji (who also works with Backstreet Boys and Lady Gaga) and Mohammad “Moh” Denebi (who works with Michael Learns To Rock), but most musicians work with him are not Moslems. For example you can find Crister Jansson (who often works in Roxette’s albums) playing drums here. You can also find some Non-Moslems backing musicians playing strings and other instruments.

Overall, this album is a nice album. I may give four of five stars.

Jumat, 10 Februari 2012

Thank You, FOSS

In my previous post, I've told a story about a prize I've won in the offfice I'm working. So this time I'd like to express my thank you's ...

First of all, I'd like to say "Alhamdulillah". Thanks to Allh for all the blessings given to me.

Next, to my beloved and loving late parents, my late Dad n my late Mom, thank you for everything you ever taught me.

I'd also like to thank to the rest of my family for all their supports.

A special thanks also goes to my beloved and loving girlfriend for all her love to me..

Last but not least, though it might sound a little strange, but I'd really really like to thank Free/Open Source Software aka FOSS for becoming my idea to win the prize...

Selasa, 07 Februari 2012

Alhamdulillah

Ketika saya masih duduk di bangku SD, oleh pihak sekolah saya termasuk paling sering diikutkan berbagai lomba yang berkaitan. Mulai dari lomba bidang studi, lomba pelajar teladan, dokter kecil dan sebagainya. Mungkin karena saya dianggap sebagai siswa paling pintar. hehe.

Yang paling berkesan adalah ketika saya memperoleh Juara II dalam lomba bidang studi Matematika tingkat kecamatan yang diselenggarakan Tim KKN Universitas Diponegoro. Selain sebuah piagam dan piala (sayang pialanya tidak bisa saya miliki secara pribadi karena diminta oleh pihak sekolah), saya juga memperolah berbagai hadiah alat tulis.

Di lain waktu saya berhasil menjadi Juara I lomba Matematika tingkat kecamatan. Sayang, ketika bertanding di tingkat kabupaten saya bahkan tidak masuk tiga besar. Maklum saja karena saya terlalu lama mikir padahal saya harus mengerjakan 100 soal. Hehe.

Ketika beranjak remaja, terutama ketika kuliah, saya sering iseng ikut berbagai kuis maupun berbagai undian. Sayang, tak ada satupun hadiah yang nyantol. Ketika salah satu produk sabun mandi memberikan hadiah langsung berupa uang tunai di dalam sabunnya, saya pun ikut-ikutan membeli dengan harapan siapa tahu dapet. Sayang seribu sayang, tak ada satu lembar hadiah pun yang saya dapat. Nasib. Untungnya saya memang tak terlalu memikirkan saya bakal menang atau tidak.

Cerita berlanjut akhir tahun lalu, ketika kekasih saya, yang kebetulan bekerja di kantor yang sama dengan saya, memberitahu saya bahwa pihak direksi mengadakan lomba/sayembara dengan memberikan ide/masukan untuk memajukan perusahaan. Ya, saya nyaris memutuskan untuk tidak mengikuti lomba tersebut meski hadiahnya lumayan.. Bukan hanya karena saya sedang tak ada ide, tetapi juga karena saat itu saya sedang terbaring sakit. Tapi menjelang deadline penyerahan usulan, saya berubah pikiran dengan memutuskan untuk ikut lomba. Saya mencoba memikirkan sesuatu yang tidak dipikirkan orang lain. Meski saya ikut, saya tetap tidak terlalu berharap untuk menang agar saya tidak kecewa.

Beberapa hari lalu, para karyawan yang mengajukan usulan diminta untuk mempresentasikan gagasannya di hadapan tim penilai. Saya pun dengan persiapan seadanya pun ikut melakukan presentasi. Ketika keesokan harinya saya menanyakan ke calon istri saya, saya baru tahu jika salah satu anggota tim penilai adalah Bayu Krisna, seorang motivator kondang yang selama ini saya sering dengar berita atau iklan seminarnya. Walhasil, saya kaget dan agak pesimis bisa menang.

Tapi ternyata di luar dugaan. Hari Senin pagi muncul gosip di kantor kalau saya adalah salah satu pemenangnya. Saya tentu saja tak langsung percaya karena belum ada pengumuman resmi. Namun feelin kalau saya menang makin kuat ketika saya hendak makan siang, saya berpapasan dengan direktur, dan beliau menyapa saya. Sesuatu yang sangat jarang terjadi.

Akhirnya kepastian saya menang atau tidak baru terjadi ketika manajer saya melakukan meeting dengan bagian saya. Di akhir meeting beliau tiba-tiba menyalami saya sambil mengucapkan selamat karena saya menjadi juara kedua.

Well, dari apa yang terjadi, saya mulai merasa saya tidak berbakat memenangi undian. Saya lebih berbakat memenangi sebuah kompetisi yang membutuhkan pemikiran.

Dan, saya tak lupa bersyukur kepada Allah seraya mengucap Alhamdulillah...