Ketika saya masih duduk di bangku SD, oleh pihak sekolah saya termasuk paling sering diikutkan berbagai lomba yang berkaitan. Mulai dari lomba bidang studi, lomba pelajar teladan, dokter kecil dan sebagainya. Mungkin karena saya dianggap sebagai siswa paling pintar. hehe.
Yang paling berkesan adalah ketika saya memperoleh Juara II dalam lomba bidang studi Matematika tingkat kecamatan yang diselenggarakan Tim KKN Universitas Diponegoro. Selain sebuah piagam dan piala (sayang pialanya tidak bisa saya miliki secara pribadi karena diminta oleh pihak sekolah), saya juga memperolah berbagai hadiah alat tulis.
Di lain waktu saya berhasil menjadi Juara I lomba Matematika tingkat kecamatan. Sayang, ketika bertanding di tingkat kabupaten saya bahkan tidak masuk tiga besar. Maklum saja karena saya terlalu lama mikir padahal saya harus mengerjakan 100 soal. Hehe.
Ketika beranjak remaja, terutama ketika kuliah, saya sering iseng ikut berbagai kuis maupun berbagai undian. Sayang, tak ada satupun hadiah yang nyantol. Ketika salah satu produk sabun mandi memberikan hadiah langsung berupa uang tunai di dalam sabunnya, saya pun ikut-ikutan membeli dengan harapan siapa tahu dapet. Sayang seribu sayang, tak ada satu lembar hadiah pun yang saya dapat. Nasib. Untungnya saya memang tak terlalu memikirkan saya bakal menang atau tidak.
Cerita berlanjut akhir tahun lalu, ketika kekasih saya, yang kebetulan bekerja di kantor yang sama dengan saya, memberitahu saya bahwa pihak direksi mengadakan lomba/sayembara dengan memberikan ide/masukan untuk memajukan perusahaan. Ya, saya nyaris memutuskan untuk tidak mengikuti lomba tersebut meski hadiahnya lumayan.. Bukan hanya karena saya sedang tak ada ide, tetapi juga karena saat itu saya sedang terbaring sakit. Tapi menjelang deadline penyerahan usulan, saya berubah pikiran dengan memutuskan untuk ikut lomba. Saya mencoba memikirkan sesuatu yang tidak dipikirkan orang lain. Meski saya ikut, saya tetap tidak terlalu berharap untuk menang agar saya tidak kecewa.
Beberapa hari lalu, para karyawan yang mengajukan usulan diminta untuk mempresentasikan gagasannya di hadapan tim penilai. Saya pun dengan persiapan seadanya pun ikut melakukan presentasi. Ketika keesokan harinya saya menanyakan ke calon istri saya, saya baru tahu jika salah satu anggota tim penilai adalah Bayu Krisna, seorang motivator kondang yang selama ini saya sering dengar berita atau iklan seminarnya. Walhasil, saya kaget dan agak pesimis bisa menang.
Tapi ternyata di luar dugaan. Hari Senin pagi muncul gosip di kantor kalau saya adalah salah satu pemenangnya. Saya tentu saja tak langsung percaya karena belum ada pengumuman resmi. Namun feelin kalau saya menang makin kuat ketika saya hendak makan siang, saya berpapasan dengan direktur, dan beliau menyapa saya. Sesuatu yang sangat jarang terjadi.
Akhirnya kepastian saya menang atau tidak baru terjadi ketika manajer saya melakukan meeting dengan bagian saya. Di akhir meeting beliau tiba-tiba menyalami saya sambil mengucapkan selamat karena saya menjadi juara kedua.
Well, dari apa yang terjadi, saya mulai merasa saya tidak berbakat memenangi undian. Saya lebih berbakat memenangi sebuah kompetisi yang membutuhkan pemikiran.
Dan, saya tak lupa bersyukur kepada Allah seraya mengucap Alhamdulillah...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar