Selasa, 24 Februari 2009

Saya dan Ibu

24 Februari 2009, sekitar pukul 05.00

Saya memutar MP3 Player saya. Ketika akhirnya terdengar lagu Mama Don't You Cry milik Steelheart, mata saya kembali berkaca-kaca. Untuk pertama kalinya saya nyaris menangis mendengarkan lagu tersebut.

Dan kali ini saya memang ingin bercerita tentang ibu saya. Ya, saya memang lebih akrab dengan Ibu dibandingkan dengan Bapak saya. Mungkin karena saya adalah anak yang paling kecil. Kalau pergi-pergi, saya juga yang paling sering diajak. Pernah ketika saya masih kecil sekali, belum sekolah, Ibu berangkat ke pasar (naik andong, maklum wong ndesa). Saya tidak diajak. Seketika itu juga saya langsung menangis sekeras-kerasnya.

Ketika saya SD, Ibu menjahit sendiri sebuah celana panjang (buat dipakai tidur) dari kain bekas bungkus tepung terigu. Anehnya saya mau-mau saja memakainya. Sering pula Ibu membuatkan saya sirop (benar-benar sirop buatan sendiri, bukan sirop beli di toko).

Pernah pula saya diajak pergi oleh dua orang Bulik saya ke tempat nenek Buyut karena melihat saya pulang sekolah terlihat di rumah sendirian, padahal ketika itu Ibu sedang mencuci bpakain di sungai (sekali lagi, saya memang orang desa, jadi harap maklum, lagipula ketika itu belum kenal yang namanya mesin cuci). Ketika saya melewati jembatan, saya melihat di mana tempat Ibu mencuci.

Ketika saya kelas 4 SD (tahun 1992), Bapak mendapatkan rezeki untuk bisa berangkat naik haji. Sebenarnya ketika itu Bapak ingin berangkat berdua bersama Ibu, tetapi karena saya terlihat keberatan, Bapak akhirnya berangkat sendiri.

Dan semua kenangan indah itu mulai terhenti saat saya kelas 6 SD. Bulan Agustus 1993 (saya lupa tanggalnya), Ibu sakit keras. Karena saya termasuk anak yang tak pernah lepas dari Ibu, Bapak sampai meminta izin kepada saya senbelum membawa Ibu ke Rumah Sakit. Hanya saja saya tidak ikut mengantarnya. Saya juga belum pernah menengoknya karena Bapak lebih mementingkan sekolah saya.

Flashback
15 Agustus 1993
Keinginan untuk menengok Ibu baru terjadi hari Ahad, 15 Agustus 1993, sore hari. Saya bersama dua orang kakak saya menengok Ibu di Rumah Sakit. Sayangnya, ketika itu Ibu berada di ruang perawatan yang tidak mengizinkan untuk ditemui secara langsung. Saya hanya menatapnya dari balik jendela. Ibu tersenyum kepada saya. Dan itu adalah senyum terakhirnya yang saya lihat.

Kami kemudian keluar dari rumah sakit. Di saat itu, sebuah pesawat TV di sana sedang memutar video lagu milik Air Supply yang berjudul Goodbye. Seketika itu saya bercanda dengan kakak saya, di rumah sakit kok lagunya Goodbye, apa diharapkan penghuninya say goodbye atau meninggal dunia? Kakak saya menimpali, maksudnya goodbye untuk ke rumah sakit.

19 Agustus 1993
Kamis, 19 Agustus 1993, sekitar jam pukul 11.00, di mana ketika itu sudah memasuki jam pelajaran terakhir di sekolah. Tiba-tiba salah satu teman Bapak mengajar (Bapak saya dulu seorang guru), datang menjemput dan memintakan izin agar bisa pulang lebih awal. Saya pun pulang bersama teman Bapak tersebut. Dalam perjalanan saya hanya diberitahu kalau Ibu sudah pulang. Saya tidak tahu apa maksudnya. Saya hanya mengira Ibu sudah sembuh dan bisa pulang ke rumah.

Terbayang betapa bahagianya saya kalau saya tiba di rumah. Tapi ketika sampai, saya kaget melihat betapa banyak orang berkumpul di rumah. Saya masih belum tahu apa yang terjadi. Apa Bapak mengadakan syukuran atau apa?

Beberap saat kemudian, saat saya masih dalam kebingungan, diajak "mengungsi" ke rumah nenek yang ada di seberang jalan. Dalam hati, saya masih bertanya, ada apa? Sampai akhirnya saya menyadari kemungkinan terburuk, bahwa Ibu memang sudah "pulang". Ketika saya mendengarkan pengumuman berita duka lewat pengeras suara di masjid yang menyebutkan nama Ibu, air mata saya benar-benar tak terbendung. Beberapa kerabat saya pun datang untuk menenangkan.

Ternyata video lagu yang saya saksikan di rumah sakit (Goodbye-Air Supply) adalah isyarat dari Ibu kalau ia akan mengucapkan selamat tinggal kepada kami semua.

Saya kemudian minta di antar untuk "melihat" Ibu untuk terakhir kalinya, meski hanya jasadnya. Bapak terlihat begitu shock melihat kedatangan saya. Seorang Paman saya membukakan kain penutup dan membiarkan saya menatap wajah Ibu, sambil berujar "Lihatlah, wajahnya terlihat begitu cantik". Saya memang melihat sedikit senyuman di wajah Ibu. Namun Bapak tidak mengizinkan saya ikut ke upacara pemakaman.

Saya benar-benar kehilangan sosok Ibu. Sampai saat ini mata saya pasti berkaca-kaca jika mengingat saat tersebut maupun saat saya menatap fotonya, termasuk ketika saya menulis ini. Saya sendiri menyimpan satu buah foto kecil milik Ibu saya. Oh, ya meski selama hidupnya, Ibu belum pernah naik haji, tetapi kurang lebih 5 tahun kemudian, Bapak mendapat rezeki lagi sehingga berkesempatan "mewakili" Ibu untuk menjalankan ibadah haji. Maksud saya, Bapak naik haji untuk kedua kalinya, tetapi diniatkan untuk almarhumah Ibu.

Selamat jalan, Ibu. Kau akan selalu hidup dalam hatiku.

Sebagai penutup saya akan memuat lirik lagu milik Steelheart untuk mengenang Ibu.

Mama Don't You Cry

I fight the tears since you've been gone
And I stand in fear, can I make it on my own
Without your love to guide me thru my life

It's so cold at night without you here
And those gentle arms that held me close and dear
Oh we're all the same, we all live and die

You'll always be in my heart, oh Mama don't you cry
You'll always live in my dreams, oh Mama don't you cry

Every night when I close my eyes
I see a light and shadows of your face
It's always there like an angel over me

So many frozen years hangin' on my wall
A thousand words, I can hear them call
Oh I tried so hard but I could never say goodbye

You'll always be in my heart, oh Mama don't you cry
You'll always live in my dreams, oh Mama don't you cry

No one can kiss away the pain like you
No one like Mama, no one like you

(Solo)

You'll always be in my heart, oh Mama don't you cry
You'll always live in my dreams, oh Mama don't you cry
(You'll always be in my heart, oh Mama don't you cry - don't you cry)
(You'll always live in my dreams) in my dreams (Oh Mama don't you cry)
Oh Mama don't you cry


Written by M. Matijevic
As perfromed by Steelheart

Tidak ada komentar: