Tulisan ini hanya catatam kecil saya tentang salah satu rider terbaik di mata saya selain Kotaro Minami (Lho??)
2008
Saya mulai memperhatikan sepak terjang pembalap dengan nomor motor 58 ini di musim 2008, ketika ia masih berlaga di kelas 250 cc. Sang juara bertahan, Jorge Lorenzo, runner-up Andrea Dovizios, dan juga Alex de Angelis naik ke kelas MotoGP. Akhirnya terjadilah persaingan luar biasa antar pembalap berjuluk Super SIc ini dengan eks juara dunia 125 cc, Alvaro Bautista. Saya ingat betul persaingannya dengan rider bernomor 19 ini. Mereka berdua berulang kali terlibat insiden di lintasan. Naas bagi Bautista, ia kerap jadi korban keganasan gaya membalap Simoncelli. Hasilnya, si pembalap kribo ini berhak meraih gelar juara dunia di akhir musim.
2009
Berlanjut di tahun 2009. Super Sic meniru sahabat dekatnya, The Doctor, Valentino Rossi yang tak mau memakai plat nomor 1 meski menjadi juara bertahan. Sayang, ia harus absen di seri perdana karena cedera. Rupanya awal yg kurang baik juga berlanjut hingga akhir musim. Selain sempat dikenakan denda karena gaya membalapnya yang dianggap membahayakan, ia juga beberapa kali mengalam crash akibat berebut posisi terdepan dengan Bautista. Kesalahan konyol yang akhirnya dimanfaatkan oleh Hiroshi Aoyama dan Hector Barbera.
Ia pun dimusuhi publik Spanyol akibat rivalitasnya dengan Alvaro Bautista. Di seri Catalunya, Simoncelli terus-terusan disoraki "huuu" setiap melewati garis start. Puncak "kesialan" Super Sic di musim 2009 terjadi di seri akhir, Valencia. Ia sebenarnya punya peluang mempertahankan gelar juara dunianya karena berhasil memimpin di depan, sementara pesaing terdekatnya (sekaligus pemimpin klasemen sementara), Aoyama, justru membuat kesalahan dengan kehilangan kendali motornya sehingga nyaris tak mendapatkan poin. Sial, Super Sic justru terjatuh dan gagal finish. Gelar juara dunia pun direbut oleh Aoyama.
2010
Super Sic naik ke kelas MotoGP bersama tim Honda Gresini. Sayang musim perdananya tak berjalan sesuai harapan saya yang menganggap dia adalah "The Next Valentino Rossi". Tak satu podium pun ia raih, Finish terbaiknya hanya posisi 4. Di akhir musim, ia menempati posisi 8.
2011
Kali ada yang berbeda dengan Simoncelli. Meski bergabung dengan tim satelit Honda, ia mendapat spek motor yang sama dengan motor milik Repsol Honda. Lebih unik lagi, ia kali ini berpartner dengan salah satu rivalnya di kelas 250 cc, Hiroshi Aoyama.
Sayangnya, gaya membalapnya tak juga berubah. Ia pun mendapat keluhan dari Jorge Lorenzo dan pembalap lainnya. Keluhan ini seolah terbukti ketika ia mengalami insiden dengan Dani Pedrosa di Le Mans yang menyebabkan Dani mengalami cedera parah. Super Sic pun harus rela mendapat penalty.Bahkan Dani pun terkesan enggan memaafkan Simoncelli dengan menolak uluran jabat tangannya.
Namun ia tetap menunjukkan bahwa dirinya adalah pembalap hebat. Meraih pole position di Catalunya dan Assen, juga berhasil meraih podium di Ceko dan Phillip Island.
23 Oktober 2011
Finish di posisi kedua di Phillip Island, Australia, membuat Super Sic berkeinginan untuk naik podium lagi di 2 seri tersisa. Sayang, takdir berkata lain. 23 Oktober 2011, di Sepang, Malaysia. Ia terjatuh. Naas, ia juga terlindas oleh Colin Edwards yang tak bisa menghindari tabrakan. Helm yang ia kenakan pun terlepas. Seri Sepang akhirnya dibatalkan dengan alasan tim medis sedang berusaha menanganinya. Namun, Tuhan berkehendak lain. Ia akhirnya meninggal akibat cedera parah di leher, kepalam dan dada,
Ya, setelah Daijiro Kato di tahun 2003 (yang secara kebetulan juga membela Honda Gresisni), Shoya Tomizawa di tahun 2010 (kelas Moto2), kini MotoGP kembali kehilangan salah satu rider terbaiknya, #58, Marco "Super Sic" Simoncelli.
Selamat jalan Super Sic. Kini kami tak akan lagi bisa melihat gaya "ugal-ugalan"-mu di sirkuit. Mungkin #58 kini akan berdampingan dengan #74, #48, dan #46 yang tak boleh dipakai pembalap lain sampai kapanpun.
So, farewell Super Sic. You're still one of the best rider ever.. May you rest in peace.
Caio Super Sic..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar