Sabtu, 12 November 2011
For you, the girl from the rainbow
You keep around in my mind. Sometimes I still wish I could hold you, I could kiss you... But I know I can't...
Senin, 24 Oktober 2011
Super Sic: Dalam Kenangan (20 Januari 1987 - 23 Oktober 2011)
Tulisan ini hanya catatam kecil saya tentang salah satu rider terbaik di mata saya selain Kotaro Minami (Lho??)
2008
Saya mulai memperhatikan sepak terjang pembalap dengan nomor motor 58 ini di musim 2008, ketika ia masih berlaga di kelas 250 cc. Sang juara bertahan, Jorge Lorenzo, runner-up Andrea Dovizios, dan juga Alex de Angelis naik ke kelas MotoGP. Akhirnya terjadilah persaingan luar biasa antar pembalap berjuluk Super SIc ini dengan eks juara dunia 125 cc, Alvaro Bautista. Saya ingat betul persaingannya dengan rider bernomor 19 ini. Mereka berdua berulang kali terlibat insiden di lintasan. Naas bagi Bautista, ia kerap jadi korban keganasan gaya membalap Simoncelli. Hasilnya, si pembalap kribo ini berhak meraih gelar juara dunia di akhir musim.
2009
Berlanjut di tahun 2009. Super Sic meniru sahabat dekatnya, The Doctor, Valentino Rossi yang tak mau memakai plat nomor 1 meski menjadi juara bertahan. Sayang, ia harus absen di seri perdana karena cedera. Rupanya awal yg kurang baik juga berlanjut hingga akhir musim. Selain sempat dikenakan denda karena gaya membalapnya yang dianggap membahayakan, ia juga beberapa kali mengalam crash akibat berebut posisi terdepan dengan Bautista. Kesalahan konyol yang akhirnya dimanfaatkan oleh Hiroshi Aoyama dan Hector Barbera.
Ia pun dimusuhi publik Spanyol akibat rivalitasnya dengan Alvaro Bautista. Di seri Catalunya, Simoncelli terus-terusan disoraki "huuu" setiap melewati garis start. Puncak "kesialan" Super Sic di musim 2009 terjadi di seri akhir, Valencia. Ia sebenarnya punya peluang mempertahankan gelar juara dunianya karena berhasil memimpin di depan, sementara pesaing terdekatnya (sekaligus pemimpin klasemen sementara), Aoyama, justru membuat kesalahan dengan kehilangan kendali motornya sehingga nyaris tak mendapatkan poin. Sial, Super Sic justru terjatuh dan gagal finish. Gelar juara dunia pun direbut oleh Aoyama.
2010
Super Sic naik ke kelas MotoGP bersama tim Honda Gresini. Sayang musim perdananya tak berjalan sesuai harapan saya yang menganggap dia adalah "The Next Valentino Rossi". Tak satu podium pun ia raih, Finish terbaiknya hanya posisi 4. Di akhir musim, ia menempati posisi 8.
2011
Kali ada yang berbeda dengan Simoncelli. Meski bergabung dengan tim satelit Honda, ia mendapat spek motor yang sama dengan motor milik Repsol Honda. Lebih unik lagi, ia kali ini berpartner dengan salah satu rivalnya di kelas 250 cc, Hiroshi Aoyama.
Sayangnya, gaya membalapnya tak juga berubah. Ia pun mendapat keluhan dari Jorge Lorenzo dan pembalap lainnya. Keluhan ini seolah terbukti ketika ia mengalami insiden dengan Dani Pedrosa di Le Mans yang menyebabkan Dani mengalami cedera parah. Super Sic pun harus rela mendapat penalty.Bahkan Dani pun terkesan enggan memaafkan Simoncelli dengan menolak uluran jabat tangannya.
Namun ia tetap menunjukkan bahwa dirinya adalah pembalap hebat. Meraih pole position di Catalunya dan Assen, juga berhasil meraih podium di Ceko dan Phillip Island.
23 Oktober 2011
Finish di posisi kedua di Phillip Island, Australia, membuat Super Sic berkeinginan untuk naik podium lagi di 2 seri tersisa. Sayang, takdir berkata lain. 23 Oktober 2011, di Sepang, Malaysia. Ia terjatuh. Naas, ia juga terlindas oleh Colin Edwards yang tak bisa menghindari tabrakan. Helm yang ia kenakan pun terlepas. Seri Sepang akhirnya dibatalkan dengan alasan tim medis sedang berusaha menanganinya. Namun, Tuhan berkehendak lain. Ia akhirnya meninggal akibat cedera parah di leher, kepalam dan dada,
Ya, setelah Daijiro Kato di tahun 2003 (yang secara kebetulan juga membela Honda Gresisni), Shoya Tomizawa di tahun 2010 (kelas Moto2), kini MotoGP kembali kehilangan salah satu rider terbaiknya, #58, Marco "Super Sic" Simoncelli.
Selamat jalan Super Sic. Kini kami tak akan lagi bisa melihat gaya "ugal-ugalan"-mu di sirkuit. Mungkin #58 kini akan berdampingan dengan #74, #48, dan #46 yang tak boleh dipakai pembalap lain sampai kapanpun.
So, farewell Super Sic. You're still one of the best rider ever.. May you rest in peace.
Caio Super Sic..
Sabtu, 30 Juli 2011
Selamat Jalan Bapak

Bapak, meski aku sedih karena kau tak ada lagi di sisiku, kuingin kau tahu aku ikhlas melepasmu. Di lain sisi bahagia karena Allah mengizinkanmu melihatku lulus kuliah dan mendapatkan pekerjaan. Satu hal yang selalu kuharapkan dari dulu karena Ibu, yang telah lebih dulu dipanggil oleh-Nya, pun tak sempat melihatku lulus SD. Aku juga bahagia karena engkau pergi dalam keadaan tenang, bukan dalam keadaan sakit. Aku yakin kau tak merasakan sakit saat kau pergi meninggalkan kami. Dan aku juga yakin kau bisa tenang di sana karena sebagian besar anak-anakmu telah menjadi orang,
Bapak, meski kini tak kan lagi kudengar suaramu dan tak kan lagi kulihat wajahmu, aku tahu semua nasehat dan petuahmu akan selalu mendampingiku. Kuharap engkau telah memaafkan kesalahan kami, anak-anakmu semua.
Bapak, aku hanya bisa mendoakan engaku dan Ibu dari sini. Semoga Allah menerima amal ibadahmu dan mengampuni semua dosa-dosamu. Aku juga berdoa engkau bertemu Ibu di sana dan berdua bisa tersenyum melihat kami di sini. Aku berdoa engkau mendapat tempat terbaik di sisi-Nya. Selamat jalan, Bapak, Kau selalu hidup di hati kami.
Sabtu, 18 Juni 2011
Toto, Saigon Kick, and Dewa 19
Toto
First, I'd like to talk about Toto. Their first and original frontman was Bobby Kimball. After Kimball left, he was soon replaced by Fergie Fredriksen who left after releasing one album with Toto, Isolation. Toto was then joined by Joseph Williams (son of famous film composer, John Williams).
When Williams was finally forced to leave after losing his voice due to his habits of partying and drug addiction, Toto actually planned to have Kimball back, but their record company forced them to hire a South African named Jean-Michel Byron as their new lead vocalist. This idea was proved to be disaster. In my opinion, Byron is actually a great singer. He could sing well. But his on-stage antics had me see that he wasn't a right front-man for Toto. Byron was let go after touring to promote their greatest hits album.
One unique thing about Toto is despite the fact that they had a lead vocalist, their guitarist, Steve Lukather and their two keyboardists, David Paich and Steve Porcaro, also sometimes sang lead on some tracks. Even some of their well-known hits were not sung by their lead singer. For examples, Africa (sung by Paich), Rosanna (sung by Lukather and Kimball), and I'll Be Over You (sung by Lukather). So, when Byron left, an extreme decision was made. They continued the band with Lukather handling most of the lead vocal duties (which can be heard on their "Kingdom of Desire" and "Tambu" album) before Kimball returned on "Mindfields" and recently Toto reunited with Williams for some shows.
Saigon Kick
The next band I'd like to talk about is Saigon Kick. The band originally consisted of lead vocalist Matt Kramer, guitarist Jason Bieler, bassist Tom Defile, and drummer Phil Varone. After releasing two albums, singer Jason Bieler decided to leave. But instead of recruiting a new singer, Bieler took over the lead singer and guitarist duties before the finally broke up and reunited with Kramer.
Dewa 19
The last, let's talk about this band from Surabaya. The original line-up of Dewa 19 was Dhani on keyboards, Erwin on bass, Wawan on drums, Andra on guitars, and Ari Lasso on vocals. Just like Dhani's heroes, Queen and The Beatles, which had more than one lead singer, Dhani also sometimes sang lead or made a duet with Ari. When Ari left (or some said he was fired cause of drugs addiction), he was replaced by Elfonda "Once" Mekel. But still, Dhani took the lead vocal duty sometimes. A few months ago, it was announced that Once also left Dewa. So, will Dewa take same direction like Toto and Saigon Kick.
Minggu, 13 Maret 2011
I Still ...
I still feel that I miss you. I still feel that I can't seem to fall in love again. I can't seem to find someone like you. Cause there's always your shadow around me. There's always an image of your smile somehow.
I still feel that I can't stand seeing you there with someone else. It's too hurt for me that I'd rather look down so you won't see my tears.
I don't know will I ever be with you or not but I don't hope for it anymore. I don't even know will I ever be able to get over you or not. Maybe if I really can't do it, I don't need to get over you at all.
I just know that I still love you..
Senin, 31 Januari 2011
Too personal? Maybe...
I know that some of my last posts seem too personal to write. It perhaps has this blog little "annoyed", but I don't think I have a better place to write in.
When I first created this blog, I didn't mean it to be a personal diary. I created it to be a place to share my thoughts an opinions about anything cause I actually also have a blog in Friendster that contains more personal stories. But, in these last few years, I rarely logged in to my Friendster account that it also made me rarely write something there.
But I still feel that I need to talk to someone. The problem is that I have no one to talk to. I have no one to trust. So I just put my personal stories here that are based on what happened to me. Are they too personal? Maybe...
Kamis, 06 Januari 2011
Menggunakan Ponsel CROSS CB 83T sebagai Webcam di Linux
Akhinya saya berpikir untuk menggunakan tiga nomor dari tiga operator sekaligus, yaitu dua operator yang masing-masing menawarkan tarif murah plus nomor dari satu operator yang saya anggap memiliki jaringan terluas dan terhandal. Nah, masalahnya saya merasa bakal sangat kerepotan bila harus membawa tiga ponsel sekaligus ke manapun. So, saya memutuskan untuk mencari ponsel dengan fitur dual on alias dual SIM Card. Yah, tak perlu ponsel bermerk terkenal, karena kebetulan ponsel dual on dari merk terkenal masih langka plus harganya relatif lebih mahal. So, rasanya tak ada salahnya saya membeli ponsel merk lokal buatan Cina yang belakangan makin membanjiri pasar ponsel di Indonesia.
Setelah mencari-cari dan melakukan survey harga, pilihan jatuh ke ponsel CROSS CB 83T. Dengan harga di bawah Rp 400 ribu, ponsel ini sudah dilengkapi dengan MP3 Palyer, video player, kamera digital, FM radio, plus TV analog. Nah, dalam manual yang disertakan, disebutkan pula bahwa kamera pada ponsel tersebut ternyata dapat juga dimanfaatkan sebagai webcam. Dalam paket penjualannya memang disertakan CD driver untuk modem maupun webcam. Namun seperti biasa driver yang disertakan hanya untuk sistem operasi Windows. Percobaan pertama di Windows berjalan lancar, lalu bagaimana dengan di Linux?
Ternyata, penggunaanya di atas Linux pun tidak susah. Bahkan jauh lebih mudah. Agar lebih jelas, ikuti langkah-langkah berikut:
Catatan:Tutorial ini menggunakan distro Xubuntu 10.04. Untuk penggina distro Linux lain, mungkin Anda perlu melakukan sedikit penyesuaian
1. Sambungkan ponsel dengan kabel data yang disertakan dalam paket penjualannya.
2. Sesaat kemudian dalam layar ponsel akan muncul 3 opsi penggunaan ponsel, yaitu Mass Storage, Webcam, dan COM port. Karena Anda akan menggunakannya sebagai Webcam, pilih opsi Webcam.

4. Lakukan pemeriksaan untuk memastikan ponsel (yang difungsikan sebagai webcam) terdeteksi dengan baik oleh Linux dengan mengetikkan perintah berikut:
$ lsusb
Jika terdeteksi dengan baik, maka dalam terminal akan muncul keterangan seperti berikut:
Bus 002 Device 004: ID 0e8d:0004 MediaTek Inc. MT6227 phone
Bus 002 Device 001: ID 1d6b:0001 Linux Foundation 1.1 root hub
Bus 001 Device 003: ID 19d2:0031 ONDA Communication S.p.A. ZTE MF636
Bus 001 Device 001: ID 1d6b:0001 Linux Foundation 1.1 root hub
Sebenarnya kini ponsel siap digunakan sebagai webcam, namun untuk menggunakan webcam di Linux, Anda perlu menggunakan aplikasi tambahan, misalnya saja aplikasi Cheese. Jika belum terinstalasi, ketikkan perintah berikut untuk melakukannya:
$ sudo apt-get install cheese
Selanjutnya, buka aplikasi Cheese dari menu Multimedia > Cheese. Dan selanjutnya Anda dapat menggunakan kamera ponsel CROSS CB 83T sebagai webcam.